I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Genetika adalah ilmu yang membahas transmisi informasi
biologis dan penggunaannya dalam perkembangan dan fungsi organisme. Dengan
berkembangnya genetika, kini perbaikan genetik ikan telah dilakukan untuk
meningkatkan produksi dengan mengembangkan tipe ikan yang sesuai dengan
pengelolaan spesifik, kondisi lingkungan, dan kondisi ekonomi setempat.
Beberapa teknik yang telah berkembang, antara lain seleksi, kawin silang,
manipulasi kromosom melalui genogenesis,
androgenesis dan triploididasi, pengarahan kelamin (sex reversal) (Fujaya, 2005).
Sex reversal
merupakan satu teknik yang dapat dilakukan untuk memperoleh keturunan monoseks,
yang dalam hal ini adalah ikan jantan. Pengubahan jenis kelamin melalui
pemberian hormon 17-methyl-testosteron
(MT) dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan penyuntikan,
perendaman atau secara oral (melalui makanan). Pemberian hormon dilakukan
sebelum ikan mengalami diferensiasi kelamin, yang biasanya mulai terjadi saat
telur akan menetas, setelah telur menetas dan sebelum atau sesudah ikan mulai
makan (Arfah dkk, 2002).
Ikan guppy (Poecilia reticulata) merupakan salah satu jenis ikan hias yang
hidup
di air tawar. Ikan guppy jantan memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan banyak
diminati masyarakat karena memiliki variasi warna yang menarik dengan corak
sirip yang beragam dibagian ekornya. Salah satu cara untuk meningkatkan
produksi ikan jantan adalah melalui pengarahan kelamin (Priyono, 2013).
Berdasarkan uraian diatas, diketahui penerapan sex reversal untuk menghasilkan dan
meningkatkan populasiikan guppy jantan antara lain dengan teknik sex reversal melalui pemberian hormon
17α-methyltestosteron.
Tujuan
Praktikum
Tujuan praktikum Sex
Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia
reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone adalah untuk mengetahui keberhasilan penerapan
teknik sex reversal pada ikan guppy (Poecilia reticulata) melalui pemberian
hormon 17α-methyl testosteron.
Kegunaan
Praktikum
Kegunaan praktikum
adalah agar mahasiswa dapat mengetahui teknik atau cara melakukan sex reversal pada ikan guppy (Poecillia reticulata) sehingga mampu
diterapkan dilapangan.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA

Gambar 1.Ikan
Guppy (Poecilia reticulata) (Nixon dan Sitanggang, 2004).
Klasifikasi
Ikan Guppy (Poecilia reticulata)
Klasifikasi ikan guppy menurut
Nelson (1984)dalam Utomo (2008)
adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas :Teleostei
Ordo : Cyprinodonoidi
Subordo : Poecilioidei
Family : Poecilidae
Genus : Poecilia
Spesies :Poecilia reticulata
Morfologi Ikan Guppy (Poecilia
reticulata)
Ikan guppy berasal dari daerah
Amerika Selatan, tepatnya di daerah Amazon. Ikan guppy merupakan salah satu
jenis ikan air tawar yang memiliki penampilan morfologis cukup menarik dan
toleransi yang tinggi terhadap kondisi perairan yang kurang baik. Selain hidup
di perairan tawar, ikan guppy juga mampu beradaptasi di perairan payau serta
pada kisaran suhu antara 25-28ºC dengan pH sekitar ± 7,0. Ikan gapi bersifat omnivora dan memiliki panjang tubuh
sekitar 5-6 cm (Utomo, 2008).
Siklus
Hidup Ikan Guppy (Poecilia reticulata)
Siklus hidup guppy melewati berbagai
tahap yaitu larva, juvenil, dewasa dan masa pertumbuhan
maksimum. Ikan guppy dapat memiliki pertumbuhan yang optimum di daerah yang
mempunyai pencahayaan yang cukup baik, selain berpangaruh juga terhadap keaktifan dan kecemerlangan warna
tubuh. perbedaan antara ikan guppy jantan dan ikan betina telihat dari
ciri-ciri morfologisnya. Ikan guppy jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih
kecil dibandingkan ikan betina, ikan guppy jantan memiliki ekor lebih lebar dan
warna ekor yang lebih cemerlang dibandingkan betina, dapat menghasilkan sampai
ratusan ekor. Pada ikan guppy jantan, sirip anal mengalami modifikasi menjadi gonopodium. Ikan guppy pada habitat
alami untuk ikan betina dapat mencapai ukuran maksimal 7cm, lebih panjang dari
jantan yang panjangnya kurang dari 4cm (Utomo, 2008).
ReproduksiIkan
Guppy (Poecilia reticulata)
Ikan guppy merupakan ikan yang
bersifat ovovivipar yaitu ikan yang
bertelur dan melahirkan. Selama di dalam perut induknya, embrio mendapat
makanan bukan langsung dari induknya melainkan dari kuning telur. Ikan guppy memiliki
gonad yang cepat berkembang yaitu 3 minggu setelah larva lahir gonopodium pada
jantan telah berkembang, karena itu ikan guppy dikenal sebagai ikan yang
berkembang biak cepat. Dalam satu kali perkawinan, seekor ikan guppy melahirkan
secara parsial sampai 3 kali dengan interval waktu 1 bulan. Pada saat
fertilisasi , sperma yang masuk dalam
tubuh induk betina dapat bertahan hingga 6 bulan, sehingga dalam waktu 6 bulan
tersebut ikan dapat melahirkan walaupun tidak terjadi perkawinan kembali. Ikan guppy
dapat menghasilkan anak dengan rata-rata terendah 30-80 ekor, namun ada juga
yang dapat menghasilkan sampai ratusan ekor (Utomo, 2008).
Genetika
Genetika
adalah ilmu tentang keturunan (Gusrina, 2014). Genetika merupakan salah satu
ilmu dasar yang penting untuk menjelaskan berbagai pola pewarisan gen dalam
populasi, genetik fenotip kualitatif
dan kuantitatif yang mengekspresikan sifat unggul dan landasan teori dasar dari
program seleksi ataupun program persilangan antara spesies atau famili (Buwono,
2015).
Genetika menjelaskan tentang material
pembawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik), bagaimana informasi itu diekspresikan
(ekspresi genetik), dan bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu individu
ke individu yang lain (pewarisan genetik). Pemuliaan ikan merupakan kegiatan untuk menghasilkan
ikan unggul melalui perbaikan sifat yang terukur. Pemuliaan dapat dilakukan
melalui cara seleksi. Prinsip dasar dari seleksi adalah mengeksploitasi sifat aditif
dari allela-allela pada semua lokus yang mengontrol sifat terukur
untuk memperbaiki suatu strain ikan (Nihaz, 2011).
Sex
Reversal
Jenis kelamin suatu individu
ditentukan oleh faktor genetis dan lingkungan. Secara genetis, jenis kelamin
pada zigot merupakan hasil dari
keseimbangan gen penentu jantan dan betina di dalam kromosom kelamin, serta
sebagian kecil gen yang berada di
dalam autosom. Perubahan jenis
kelamin dapat terjadi apabila keseimbangan gen penentu jantan dan betina
didalam autosom berubah. Fungsi
mekanisme genetik pada sistem endokrin
embrional mengarahkan differensiasi gonad yang menentukan jenis kelamin embrio. Perubahan jenis kelamin secara
alami yang disebabkan oleh faktor lingkungan tidak merubah susunan genetis. Tetapi
hanya merubah ikan jantan secara genetik menjadi ikan betina secara fenotipe atau sebaliknya. Proses
differensiasi merupakan proses perkembangan gonad ikan menjadi jaringan yang definitif. Proses ini terdiri dari
serangkaian kejadian yang memungkinkan sex
genotipe terekspresi menjadi sex fenotipe (Utomo, 2008).
Hormon
Hormon androgen adalah hormon steroid
yang berfungsi memacu pertumbuhandan pembentukan sifat kelamin jantan. Salah
satu jenis hormon steroid ini yaitu 17α-methyltestosteron. Hormon ini merupakan hormon
sintetik yang molekulnya sudah diubah. Pada atom karbon ke-17 diinduksikan
gugus metil supaya tahan lebih lama bereaksi di dalam tubuh.Penggunaan androgen alami seperti testosterone tidak memberikan hasil yang
memuaskan. Hormon androgen sintetis memiliki efektivitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan yang
alami.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pemberian hormon steroid yaitu melarutkan hormon ke dalam
air media pemeliharaan, memasukkan kedalam makanan, dan penyuntikan (Muslim,
2010).
III. METODE
PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum
Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Menggunakan
Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone
dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 11 Oktober – 19 November 2015, pukul
10.00 WITA, bertempat di Hatchery, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alat dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum Sex
Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia
reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Alat yang digunakan pada praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Menggunakan
Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone,
yaitu:
No.
|
Alat
|
Fungsi
|
1.
|
Akuarium
|
Wadah
pemeliharaan
|
2.
|
Pipet
Tetes
|
Memindahkan
larutan
|
3.
|
Tabung
Reaksi
|
Menyimpan
larutan hormone
|
4.
|
Toples
|
Wadah
penyimpanan air rendaman
|
5.
|
Timbangan
|
Menimbang
bubuk hormone
|
6.
|
Selang
|
Menyipon
air pemeliharaan
|
7.
|
Aerator
|
Menyuplai
oksigen bagi ikan
|
Tabel 2. Bahan yang digunakan pada praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Menggunakan
Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone,
yaitu:
No.
|
Bahan
|
Fungsi
|
1.
|
Ikan Guppy (Poecilia
reticulata)
|
Sampel dalam praktikum
|
2.
|
Hormon 17α-metiltestosteron
|
Bahan pengarahan
kelamin jantan
|
3.
|
Alkohol
|
Melarutkan hormone
|
4.
|
Pakan Pellet Bubuk
|
Sumber nutrisi bagi
ikan
|
Prosedur Kerja
Prosedur
kerja yang dilakukan pada praktikum Sex
Reversal pada ikan Guppy (Poecilia
reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone adalah sebagai berikut:
1.
Membersihkan
wadah akuarium dengan air, lalu diisi air bersih yang telah diendapkan setinggi
20 cm, beri aerator sebagai penghasil oksigen pada akuarium.
2.
Masukkan
induk Ikan Guppy (Poecilia reticulata)
yang telah matang gonad sebanyak 7 ekor dengan perbandingan jantan : betina = 4
: 3 ke dalam masing-masing akuarium, proses pemijahan berlangsung selama 3-4
hari. Selama pemijahan induk diberi pakan pellet sebanyak 2 kali sehari.
3.
Setelah
pemijahan selesai, induk jantan diangkat untuk mencegah perkawinan liar.
4.
Menyiapkan
toples sebagai wadah perendaman induk betina dalam larutan hormon. Pembuatan
larutan hormon dilakukan dengan cara menimbang hormon dengan dosis 4 ppm (4
mg/L), kemudian larutkan hormon dengan alcohol sebanyak 1 mL dalam tabung
reaksi, lalu memasukkan larutan ke dalam toples yang telah berisi air sebanyak
1 L, beri aerasi agar bau alkohol menguap dan tidak membahayakan ikan yang
direndam, didiamkan selama 30-45 menit.
5.
Memasukkan
ikan betina yang telah bunting ke dalam toples yang berisi larutan hormon, beri
aerasi dan didiamkan selama 24 jam agar hormon meresap ke dalam tubuh ikan.
6.
Setelah
24 jam induk betina dikembalikan kembali ke dalam akuarium pemeliharaan, tunggu
beberapa hari hingga induk betina melahirkan anaknya.
7.
Pemeliharaan
burayak ikan Guppy dilakukan selama 1 bulan atau hingga dapat di identifikasi
jenis kelaminnya, selama pemeliharaan dilakukan penyiphonan kotoran dan
pemberian pakan berupa pellet tepung sebanyak 2 kali sehari.
8.
Mengidentifikasi
larva ikan Guppy dilakukan dengan cara melihat ciri fisologis, untuk jantan ditandai dengan adanya organ gonopodium pada daerah anus, warna yang
lebih terang, dan ekor yang lebih panjang, untuk betina sendiri memiliki warna
pudar dan ekor yang pendek.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil
yang diperoleh dari praktikum Sex
Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulate)
dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl
Testoterone dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.
Hasil praktikum Sex Reversal pada
Ikan Guppy (Poecilia reticulata)
dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl
Testoterone
Kelompok
|
Jantan
|
Betina
|
%
Jantan
|
1
|
17
|
15
|
53.12
|
2
|
7
|
3
|
70
|
3
|
0
|
0
|
0
|
4
|
13
|
10
|
56.52
|
5
|
13
|
6
|
68.42
|
6
|
8
|
1
|
88.89
|
7
|
8
|
4
|
66.67
|
Grafik 1. Hasil praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia
reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone

Pembahasan
Hasil
yang diperoleh dari praktikum Sex
Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia
reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone bahwa pada akuarium 1 (kontrol) terdapat ikan
jantan sebanyak 53.12%, akuarium 2
terdapat ikan jantan sebanyak 70%, akuarium 3 tidak terdapak anakan,
akuarium 4 terdapat ikan jantan sebanyak 56.52%, akuarium 5 terdapat ikan
jantan sebanyak 68.42%, akuarium 6 terdapat ikan jantan sebanyak 88.89%, dan
akuarium 7 terdapat ikan jantan sebanyak 66.67%.
Perendaman
24 jam menghasilkan 100% jantan. Demikian pula dengan melipat duakan lama waktu
perendaman menjadi 48 jam diperoleh persentase jantan yang juga 100%. Fakta ini menunjukkan bahwa pada dosis 2
mg/1, perendaman selama 24 jam dan 48 jam efektif untuk perubahan kelamin dari
betina menjadi jantan, sehingga menghasilkan keturunan yang 100 % jantan. Anna dkk,(1995)
dalam Zairin (2002), mendapatkan
bahwa dengan tingkat dosis hormon MT
400 mg/kg pakan dan masa pemberian pakan selama 10 hari, presentase ikan jantan
yang diperoleh hanya sebesar 64%. Hasil percobaan yang sekarang dilakukan
menunjukkan bahwa pemberian hormon melalui perendaman induk bunting efisien
ditinjau dari segi penggunaan hormon, lama waktu pemberian dan kepraktisan
pelaksanaannya dibandingkan pemberian secara oral. Terdapat kecenderungan bahwa
semakin lama waktu perendaman semakin cepat induk melahirkan anaknya. Diduga
bahwa hormon MT ikut memberikan
kontribusi terhadap perkembangan embrio ikan guppy sehingga kelahirannya menjadi
lebih cepat, sesuai dengan penyataan Shepered
dan Bromage (1988) dalam Zairin
(2002), bahwa MT dan androgen umumnya memiliki sifat anabolik
yang mampu merangsang pertumbuhan. Perbedaan perkembangan gonopodium dan munculnya wama tubuh antara anak ikan guppy jantan
hasil perlakuan hormonal dengan kontrol diduga ada kaitannya dengan keberadaan
hormon androgen pada ikan. Hormon androgen bertanggung jawab terhadap
penampakan karakter dan fungsi kelamin jantan (Donaldson dkk,1979dalam Zairin 2002). Pada ikan guppy
kerja hormon androgen yang dihasilkan
secara endogenus terhadap penampakan
karakter kelamin sekunder terlihat dengan penampakan karakter kelamin sekunder
untuk semua perlakuan antara umur 1,5 bulan sampai 2 bulan. lwasaki (1989) dalam Zairin (2002), menyatakan bahwa
bila ikan guppy tumbuh normal maka bentuk sirip ekor, wama dan pola warna
tubuhnya akan tampak jelas setelah ikan berumur dua bulan. Berdasarkan hal ini
maka wajar bila perkembangan gonopodium
dan munculnya warna pada anak ikan hasil perlakuan lebih cepat (1,5 bulan) dari
pada anak ikan kontrol (2 bulan). Diduga hal ini terjadi karena anak ikan hasil
perlakuan telah lebih dahulu mendapatkan masukan hormon secara eksogenus mendahului kondisi normal anak
ikan kontrol yang mengandalkan hormon yang diperoleh secara endogenus (Zairindkk, 2002).
Hormon sintetis seperti 17α-methyltestosteron memiliki efektifitas
yang lebih tinggi daripada bahan alami karena dapat bereaksi lebih lama pada
target sel dan lambat dieliminasi tetapi tidak ramah lingkungan. Pada individu
jantan hormon methyltestosteron dapat
meningkatkan spermatogenesis.
Sedangkan pada individu betina menyebabkan munculnya karakter kelamin sekunder
jantan yaitu berupa perpanjangan sirip anal dan menyebabkan degenerasi ovari serta reabsorbsi telur. Dosis dan lama
pemberian hormon yang melewati batas dapat menyebabkan gangguan perkembangan
gonad dan pembentukan gamet. Bahkan pada pengarahan kelamin jantan, maka testis
akan mengecil dan terjadi kemandulan akibat kerusakan sel-sel germinal (Ukhroy, 2008).
Menurut Connell dan Miller (2006), Mekanisme
kerja hormon pada metode perendaman (Dipping)
secara difusi melalui kulit, insang dan organ pencernaan. Absorbsi komponen–komponen
terlarut dalam air yang melalui insang cukup besar. Absorbsi yang melalui saluran pencernaan sedikit, walaupun komponen
terlarut dalam air yang masuk melalui saluran pencernaan biasanya cukup
besar, sedangkan yang masuk melalui kulit jumlah dan absorbsinya relatif kecil.
Mekanisme
kerja dari 17-α Methyltestosterone
yaitu bekerja menghambat
pembentukan gonad betina (ovari),
tetapi testis makin berkembang
sehingga gonad akan terdiferensiasi menjadi testis
(Umar dan Hasibuan, 2001).
V. PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan
hasil yang telah diperoleh dari praktikum Sex
Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia
reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone maka dapat disimpulkan bahwa persentase ikan
jantan tertinggi adalah 88.89% dengan dosis hormon 17α-methyltestosteron sebanyak 5 mg/L, dengan rata-rata hasil
persentase jantan yang dihasilkan adalah 57.66%.
Saran
Sebaiknya
dalam praktikum pemuliabiakan ikan, lebih diperhatikan kondisi praktikumnya dan
sebaiknya kursi diperbanyak agar praktikan lebih nyaman mendengarkan arahan
dari asisten
DAFTAR PUSTAKA
Arfah, H., Alimuddin, K., Sumantadinata dan Ekasari, J.
2002. Seks Reversal Pada Ikan Tetra Kongo Stadia Larva. Hal 69. Jurusan
Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor. 74 hal.
Buwono, I.D. 2015. Modul ajar
Genetika ikan. 1-3. Fakultas perikanan, Universitas padjajaran. Bandung . 35
hal
Connell, D.W dan Miller, G.J. 2006.
Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Hal 245 – 257. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta. 520 hal.
Fujaya, Y. 2005. Genetika dan Pengembangbiakan Ikan. Hal
6-7. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
206 hal.
Gusrina. 2014.
Genetika dan reproduksi ikan. 4-159. Deppublish. Yogyakarta. 246 Hal.
Muslim.
2010. Peningkatan Persentase Ikan Guppy (Poecilia
reticulata) Jantan dengan Perendaman Induk Bunting dalam Larutan Hormon 17α-metiltestosteron
Dosis 2 mg/L dengan Lama Perendaman Berbeda. Hal 62. Program Studi Budidaya Perairan.
Fakultas Perikanan. Universitas Sriwijaya Indralaya. Sumatera Selatan. 108 hal.
Priyono, E., Muslim, dan Yulisman.
2013. Hal 14.Maskulinisasi Ikan Gapi(Poecilia reticulata) Melalui
Perendaman Induk Bunting Dalam Larutan Madu Dengan Lama Perendaman Berbeda. 22
hal.
Nihaz, F. 2011. Genetika dan pemuliaan
ikan. 1-8. Modul pengajaran. Fakultas
perikanan, Universitas padjajaran. Bandung. 33 hal.
Nixon dan
Sitanggang, M. 2004.Guppy Ikan Mungil Berekor Indah. Hal 3. Agromedia Pustaka.Jakarta. 76 hal.
Ukhroy, N.,
U. 2008. Efektifitas Propolis Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Guppy. Hal 21-22. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas
Perikanan
dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor. 33 hal.
Utomo, B. 2008. Efektivitas
Penggunaan Aromatase Inhibitor dan Madu terhadap Nisbah Kelamin Ikan Guppy. Hal 3-4. Program Studi teknologi Manajemen
Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor. 32 hal.
Umar, J.M.,
Hasibuan, A. 2001. Pengalihan jenis kelamin ikan nila gift dengan pemberian
hormon testosteron alami. 345-348. Puslitbang
eknologi lsotop dan Radiasi. Batan. Jakarta. 400 hal
The Most Iconic Video Slots On The Planet - Jancasino
ReplyDeleteThe งานออนไลน์ most septcasino iconic video slot is the 7,800-calibre slot machine https://septcasino.com/review/merit-casino/ called Sweet Bonanza. This slot machine was developed in 2011, developed in gri-go.com the jancasino.com same studio by