Wednesday, 16 December 2015

SEX REVERSAL PADA IKAN GUPPY (Poecilia reticulata) DENGAN HORMON SINTETIS 17-α Methyltestosteron

I.      PENDAHULUAN
Latar Belakang
Genetika adalah ilmu yang membahas transmisi informasi biologis dan penggunaannya dalam perkembangan dan fungsi organisme. Dengan berkembangnya genetika, kini perbaikan genetik ikan telah dilakukan untuk meningkatkan produksi dengan mengembangkan tipe ikan yang sesuai dengan pengelolaan spesifik, kondisi lingkungan, dan kondisi ekonomi setempat. Beberapa teknik yang telah berkembang, antara lain seleksi, kawin silang, manipulasi kromosom melalui genogenesis, androgenesis dan triploididasi, pengarahan kelamin (sex reversal) (Fujaya, 2005).
Sex reversal merupakan satu teknik yang dapat dilakukan untuk memperoleh keturunan monoseks, yang dalam hal ini adalah ikan jantan. Pengubahan jenis kelamin melalui pemberian hormon 17-methyl-testosteron (MT) dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan penyuntikan, perendaman atau secara oral (melalui makanan). Pemberian hormon dilakukan sebelum ikan mengalami diferensiasi kelamin, yang biasanya mulai terjadi saat telur akan menetas, setelah telur menetas dan sebelum atau sesudah ikan mulai makan (Arfah dkk, 2002).
Ikan guppy (Poecilia reticulata) merupakan salah satu jenis ikan hias yang
hidup di air tawar. Ikan guppy jantan memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan banyak diminati masyarakat karena memiliki variasi warna yang menarik dengan corak sirip yang beragam dibagian ekornya. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi ikan jantan adalah melalui pengarahan kelamin (Priyono, 2013).
Berdasarkan uraian diatas, diketahui penerapan sex reversal untuk menghasilkan dan meningkatkan populasiikan guppy jantan antara lain dengan teknik sex reversal melalui pemberian hormon 17α-methyltestosteron.
Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone adalah untuk mengetahui keberhasilan penerapan teknik sex reversal pada ikan guppy (Poecilia reticulata) melalui pemberian hormon 17α-methyl testosteron.
Kegunaan Praktikum
Kegunaan praktikum adalah agar mahasiswa dapat mengetahui teknik atau cara melakukan sex reversal pada ikan guppy (Poecillia reticulata) sehingga mampu diterapkan dilapangan.



II.    TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1.Ikan Guppy (Poecilia reticulata) (Nixon dan Sitanggang, 2004).
Klasifikasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata)
Klasifikasi ikan guppy menurut Nelson (1984)dalam Utomo (2008) adalah sebagai berikut:
Filum               : Chordata
Subfilum          : Vertebrata
Kelas               : Pisces
Subkelas         :Teleostei
Ordo                : Cyprinodonoidi
Subordo          : Poecilioidei
Family                         : Poecilidae
Genus                         : Poecilia
Spesies           :Poecilia reticulata
Morfologi Ikan Guppy (Poecilia reticulata)
Ikan guppy berasal dari daerah Amerika Selatan, tepatnya di daerah Amazon. Ikan guppy merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki penampilan morfologis cukup menarik dan toleransi yang tinggi terhadap kondisi perairan yang kurang baik. Selain hidup di perairan tawar, ikan guppy juga mampu beradaptasi di perairan payau serta pada kisaran suhu antara 25-28ºC dengan pH sekitar ± 7,0. Ikan gapi bersifat omnivora dan memiliki panjang tubuh sekitar 5-6 cm (Utomo, 2008).
Siklus Hidup Ikan Guppy (Poecilia reticulata)
Siklus hidup guppy melewati berbagai tahap yaitu larva, juvenil, dewasa dan masa pertumbuhan maksimum. Ikan guppy dapat memiliki pertumbuhan yang optimum di daerah yang mempunyai pencahayaan yang cukup baik, selain berpangaruh juga terhadap keaktifan dan kecemerlangan warna tubuh. perbedaan antara ikan guppy jantan dan ikan betina telihat dari ciri-ciri morfologisnya. Ikan guppy jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan ikan betina, ikan guppy jantan memiliki ekor lebih lebar dan warna ekor yang lebih cemerlang dibandingkan betina, dapat menghasilkan sampai ratusan ekor. Pada ikan guppy jantan, sirip anal mengalami modifikasi menjadi gonopodium. Ikan guppy pada habitat alami untuk ikan betina dapat mencapai ukuran maksimal 7cm, lebih panjang dari jantan yang panjangnya kurang dari 4cm (Utomo, 2008).
ReproduksiIkan Guppy (Poecilia reticulata)
Ikan guppy merupakan ikan yang bersifat ovovivipar yaitu ikan yang bertelur dan melahirkan. Selama di dalam perut induknya, embrio mendapat makanan bukan langsung dari induknya melainkan dari kuning telur. Ikan guppy memiliki gonad yang cepat berkembang yaitu 3 minggu setelah larva lahir gonopodium pada jantan telah berkembang, karena itu ikan guppy dikenal sebagai ikan yang berkembang biak cepat. Dalam satu kali perkawinan, seekor ikan guppy melahirkan secara parsial sampai 3 kali dengan interval waktu 1 bulan. Pada saat fertilisasi , sperma yang masuk dalam tubuh induk betina dapat bertahan hingga 6 bulan, sehingga dalam waktu 6 bulan tersebut ikan dapat melahirkan walaupun tidak terjadi perkawinan kembali. Ikan guppy dapat menghasilkan anak dengan rata-rata terendah 30-80 ekor, namun ada juga yang dapat menghasilkan sampai ratusan ekor (Utomo, 2008).
Genetika
Genetika adalah ilmu tentang keturunan (Gusrina, 2014). Genetika merupakan salah satu ilmu dasar yang penting untuk menjelaskan berbagai pola pewarisan gen dalam populasi, genetik fenotip kualitatif dan kuantitatif yang mengekspresikan sifat unggul dan landasan teori dasar dari program seleksi ataupun program persilangan antara spesies atau famili (Buwono, 2015).
Genetika menjelaskan tentang material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik), bagaimana informasi itu diekspresikan (ekspresi genetik), dan bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain (pewarisan genetik). Pemuliaan ikan merupakan kegiatan untuk menghasilkan ikan unggul melalui perbaikan sifat yang terukur. Pemuliaan dapat dilakukan melalui cara seleksi. Prinsip dasar dari seleksi adalah mengeksploitasi sifat aditif  dari allela-allela pada semua lokus yang mengontrol sifat terukur untuk memperbaiki suatu strain ikan  (Nihaz, 2011).
Sex Reversal
Jenis kelamin suatu individu ditentukan oleh faktor genetis dan lingkungan. Secara genetis, jenis kelamin pada zigot merupakan hasil dari keseimbangan gen penentu jantan dan betina di dalam kromosom kelamin, serta
sebagian kecil gen yang berada di dalam autosom. Perubahan jenis kelamin dapat terjadi apabila keseimbangan gen penentu jantan dan betina didalam autosom berubah. Fungsi mekanisme genetik pada sistem endokrin embrional mengarahkan differensiasi gonad yang menentukan jenis kelamin embrio. Perubahan jenis kelamin secara alami yang disebabkan oleh faktor lingkungan tidak merubah susunan genetis. Tetapi hanya merubah ikan jantan secara genetik menjadi ikan betina secara fenotipe atau sebaliknya. Proses differensiasi merupakan proses perkembangan gonad ikan menjadi jaringan yang definitif. Proses ini terdiri dari serangkaian kejadian yang memungkinkan sex genotipe terekspresi menjadi sex fenotipe (Utomo, 2008).
Hormon
Hormon androgen adalah hormon steroid yang berfungsi memacu pertumbuhandan pembentukan sifat kelamin jantan. Salah satu jenis hormon steroid ini yaitu 17α-methyltestosteron. Hormon ini merupakan hormon sintetik yang molekulnya sudah diubah. Pada atom karbon ke-17 diinduksikan gugus metil supaya tahan lebih lama bereaksi di dalam tubuh.Penggunaan androgen alami seperti testosterone tidak memberikan hasil yang memuaskan. Hormon androgen sintetis memiliki efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang
alami. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pemberian hormon steroid yaitu melarutkan hormon ke dalam air media pemeliharaan, memasukkan kedalam makanan, dan penyuntikan (Muslim, 2010).



III.   METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 11 Oktober – 19 November 2015, pukul 10.00 WITA, bertempat di Hatchery, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar. 
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Alat yang digunakan pada praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone, yaitu:
No.
Alat
Fungsi
1.
Akuarium
Wadah pemeliharaan
2.
Pipet Tetes
Memindahkan larutan
3.
Tabung Reaksi
Menyimpan larutan hormone
4.
Toples
Wadah penyimpanan air rendaman
5.
Timbangan
Menimbang bubuk hormone
6.
Selang
Menyipon air pemeliharaan
7.
Aerator
Menyuplai oksigen bagi ikan

Tabel 2. Bahan yang digunakan pada praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone, yaitu:
No.
Bahan
Fungsi
1.
Ikan Guppy  (Poecilia reticulata)
Sampel dalam praktikum
2.
Hormon 17α-metiltestosteron
Bahan pengarahan kelamin jantan
3.
Alkohol
Melarutkan hormone
4.
Pakan Pellet Bubuk
Sumber nutrisi bagi ikan


Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Sex Reversal pada ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone adalah sebagai berikut:
1.    Membersihkan wadah akuarium dengan air, lalu diisi air bersih yang telah diendapkan setinggi 20 cm, beri aerator sebagai penghasil oksigen pada akuarium.
2.    Masukkan induk Ikan Guppy (Poecilia reticulata) yang telah matang gonad sebanyak 7 ekor dengan perbandingan jantan : betina = 4 : 3 ke dalam masing-masing akuarium, proses pemijahan berlangsung selama 3-4 hari. Selama pemijahan induk diberi pakan pellet sebanyak 2 kali sehari.
3.    Setelah pemijahan selesai, induk jantan diangkat untuk mencegah perkawinan liar.
4.    Menyiapkan toples sebagai wadah perendaman induk betina dalam larutan hormon. Pembuatan larutan hormon dilakukan dengan cara menimbang hormon dengan dosis 4 ppm (4 mg/L), kemudian larutkan hormon dengan alcohol sebanyak 1 mL dalam tabung reaksi, lalu memasukkan larutan ke dalam toples yang telah berisi air sebanyak 1 L, beri aerasi agar bau alkohol menguap dan tidak membahayakan ikan yang direndam, didiamkan selama 30-45 menit.
5.    Memasukkan ikan betina yang telah bunting ke dalam toples yang berisi larutan hormon, beri aerasi dan didiamkan selama 24 jam agar hormon meresap ke dalam tubuh ikan.
6.    Setelah 24 jam induk betina dikembalikan kembali ke dalam akuarium pemeliharaan, tunggu beberapa hari hingga induk betina melahirkan anaknya.
7.    Pemeliharaan burayak ikan Guppy dilakukan selama 1 bulan atau hingga dapat di identifikasi jenis kelaminnya, selama pemeliharaan dilakukan penyiphonan kotoran dan pemberian pakan berupa pellet tepung sebanyak 2 kali sehari.
8.    Mengidentifikasi larva ikan Guppy dilakukan dengan cara melihat ciri fisologis, untuk jantan ditandai dengan adanya organ gonopodium pada daerah anus, warna yang lebih terang, dan ekor yang lebih panjang, untuk betina sendiri memiliki warna pudar dan ekor yang pendek.
IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulate) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Hasil praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone
Kelompok
Jantan
Betina
% Jantan
1
17
15
53.12
2
7
3
70
3
0
0
0
4
13
10
56.52
5
13
6
68.42
6
8
1
88.89
7
8
4
66.67

Grafik 1. Hasil praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone
Pembahasan
Hasil yang diperoleh dari praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone bahwa pada akuarium 1 (kontrol) terdapat ikan jantan sebanyak 53.12%, akuarium 2  terdapat ikan jantan sebanyak 70%, akuarium 3 tidak terdapak anakan, akuarium 4 terdapat ikan jantan sebanyak 56.52%, akuarium 5 terdapat ikan jantan sebanyak 68.42%, akuarium 6 terdapat ikan jantan sebanyak 88.89%, dan akuarium 7 terdapat ikan jantan sebanyak 66.67%.
            Perendaman 24 jam menghasilkan 100% jantan. Demikian pula dengan melipat duakan lama waktu perendaman menjadi 48 jam diperoleh persentase jantan yang juga 100%. Fakta ini menunjukkan bahwa pada dosis 2 mg/1, perendaman selama 24 jam dan 48 jam efektif untuk perubahan kelamin dari betina menjadi jantan, sehingga menghasilkan keturunan yang 100 % jantan. Anna dkk,(1995) dalam Zairin (2002), mendapatkan bahwa dengan tingkat dosis hormon MT 400 mg/kg pakan dan masa pemberian pakan selama 10 hari, presentase ikan jantan yang diperoleh hanya sebesar 64%. Hasil percobaan yang sekarang dilakukan menunjukkan bahwa pemberian hormon melalui perendaman induk bunting efisien ditinjau dari segi penggunaan hormon, lama waktu pemberian dan kepraktisan pelaksanaannya dibandingkan pemberian secara oral. Terdapat kecenderungan bahwa semakin lama waktu perendaman semakin cepat induk melahirkan anaknya. Diduga bahwa hormon MT ikut memberikan kontribusi terhadap perkembangan embrio ikan guppy sehingga kelahirannya menjadi lebih cepat, sesuai dengan penyataan Shepered dan Bromage (1988) dalam Zairin (2002), bahwa MT dan androgen umumnya memiliki sifat anabolik yang mampu merangsang pertumbuhan. Perbedaan perkembangan gonopodium dan munculnya wama tubuh antara anak ikan guppy jantan hasil perlakuan hormonal dengan kontrol diduga ada kaitannya dengan keberadaan hormon androgen pada ikan. Hormon androgen bertanggung jawab terhadap penampakan karakter dan fungsi kelamin jantan (Donaldson dkk,1979dalam Zairin 2002). Pada ikan guppy kerja hormon androgen yang dihasilkan secara endogenus terhadap penampakan karakter kelamin sekunder terlihat dengan penampakan karakter kelamin sekunder untuk semua perlakuan antara umur 1,5 bulan sampai 2 bulan. lwasaki (1989) dalam Zairin (2002), menyatakan bahwa bila ikan guppy tumbuh normal maka bentuk sirip ekor, wama dan pola warna tubuhnya akan tampak jelas setelah ikan berumur dua bulan. Berdasarkan hal ini maka wajar bila perkembangan gonopodium dan munculnya warna pada anak ikan hasil perlakuan lebih cepat (1,5 bulan) dari pada anak ikan kontrol (2 bulan). Diduga hal ini terjadi karena anak ikan hasil perlakuan telah lebih dahulu mendapatkan masukan hormon secara eksogenus mendahului kondisi normal anak ikan kontrol yang mengandalkan hormon yang diperoleh secara endogenus (Zairindkk, 2002).
Hormon sintetis seperti 17α-methyltestosteron memiliki efektifitas yang lebih tinggi daripada bahan alami karena dapat bereaksi lebih lama pada target sel dan lambat dieliminasi tetapi tidak ramah lingkungan. Pada individu jantan hormon methyltestosteron dapat meningkatkan spermatogenesis. Sedangkan pada individu betina menyebabkan munculnya karakter kelamin sekunder jantan yaitu berupa perpanjangan sirip anal dan menyebabkan degenerasi ovari serta reabsorbsi telur. Dosis dan lama pemberian hormon yang melewati batas dapat menyebabkan gangguan perkembangan gonad dan pembentukan gamet. Bahkan pada pengarahan kelamin jantan, maka testis akan mengecil dan terjadi kemandulan akibat kerusakan sel-sel germinal (Ukhroy, 2008).
Menurut Connell dan Miller (2006), Mekanisme kerja hormon pada metode perendaman (Dipping) secara difusi melalui kulit, insang dan organ pencernaan. Absorbsi komponen–komponen terlarut dalam air yang melalui insang cukup besar. Absorbsi yang melalui saluran pencernaan sedikit, walaupun komponen terlarut dalam air yang masuk melalui saluran pencernaan  biasanya cukup besar, sedangkan yang masuk melalui kulit jumlah dan absorbsinya relatif kecil.
Mekanisme kerja dari 17-α Methyltestosterone yaitu bekerja menghambat pembentukan gonad betina (ovari), tetapi testis makin berkembang sehingga gonad akan terdiferensiasi menjadi testis (Umar dan Hasibuan, 2001).







V.    PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone maka dapat disimpulkan bahwa persentase ikan jantan tertinggi adalah 88.89% dengan dosis hormon 17α-methyltestosteron sebanyak 5 mg/L, dengan rata-rata hasil persentase jantan yang dihasilkan adalah 57.66%.
Saran
Sebaiknya dalam praktikum pemuliabiakan ikan, lebih diperhatikan kondisi praktikumnya dan sebaiknya kursi diperbanyak agar praktikan lebih nyaman mendengarkan arahan dari asisten





DAFTAR PUSTAKA
Arfah, H., Alimuddin, K., Sumantadinata dan Ekasari, J. 2002. Seks Reversal Pada Ikan Tetra Kongo Stadia Larva. Hal 69. Jurusan Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 74 hal.

Buwono, I.D. 2015. Modul ajar Genetika ikan. 1-3. Fakultas perikanan, Universitas padjajaran. Bandung . 35 hal

Connell, D.W dan Miller, G.J. 2006. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Hal 245 – 257. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 520 hal.

Fujaya, Y. 2005. Genetika dan Pengembangbiakan Ikan. Hal 6-7. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. 206 hal.

Gusrina. 2014. Genetika dan reproduksi ikan. 4-159. Deppublish. Yogyakarta. 246 Hal.

Muslim. 2010. Peningkatan Persentase Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Jantan dengan Perendaman Induk Bunting dalam Larutan Hormon 17α-metiltestosteron Dosis 2 mg/L dengan Lama Perendaman Berbeda. Hal 62. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan. Universitas Sriwijaya Indralaya. Sumatera Selatan. 108 hal.

Priyono, E., Muslim, dan Yulisman. 2013. Hal 14.Maskulinisasi Ikan Gapi(Poecilia reticulata) Melalui Perendaman Induk Bunting Dalam Larutan Madu Dengan Lama Perendaman Berbeda. 22 hal.

Nihaz, F. 2011. Genetika dan pemuliaan ikan. 1-8. Modul pengajaran. Fakultas perikanan, Universitas padjajaran. Bandung. 33 hal.

Nixon dan Sitanggang, M. 2004.Guppy Ikan Mungil Berekor Indah. Hal 3. Agromedia Pustaka.Jakarta. 76 hal.

Ukhroy, N., U. 2008. Efektifitas Propolis Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Guppy. Hal 21-22. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor. 33 hal.

Utomo, B. 2008. Efektivitas Penggunaan Aromatase Inhibitor dan Madu terhadap Nisbah Kelamin Ikan Guppy. Hal 3-4. Program Studi teknologi Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor. 32 hal.

Umar, J.M., Hasibuan, A. 2001. Pengalihan jenis kelamin ikan nila gift dengan pemberian hormon testosteron alami. 345-348. Puslitbang  eknologi lsotop dan Radiasi. Batan. Jakarta. 400 hal

Zairin, M. Jr., Yunianti, A., Dewi,R.R.S.P.S. dan Sumantadinata, K. Hal 34. Pengaruh Lama Waktu Pery.Ndaman Induk Di Dalam Larutan Hormon 17α-Metiltestosteron Terhadap Nisbah Kelamin Anak Ikan Gapi, Poecilia reticulata Peters. Jurusan Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilniu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 35 hal. 

1 comment:

  1. The Most Iconic Video Slots On The Planet - Jancasino
    The งานออนไลน์ most septcasino iconic video slot is the 7,800-calibre slot machine https://septcasino.com/review/merit-casino/ called Sweet Bonanza. This slot machine was developed in 2011, developed in gri-go.com the jancasino.com same studio by

    ReplyDelete